Minggu, 01 November 2015

PIDATO JAWA



UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA SADURUNGE IJAB

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ingkang kinurmatan Ibu Dwija Dra. Sri Hartati basa jawi saha rencang-rencang kelas 9H ingkang kula tresnani.
Saderenge mantu adicara kapisan inggih punika lamaran, narima kaluarga calon penganten kakung ing daleme calon penganten putri.
Adicara kapindho inggih menika siraman perlambang kangge ngresikaken jiwa calon penganten. Upacara punika ditindakake sedinten saderenge ijab kabul. Ditindakake wonten griya calon manten piyambak. Saderenge siraman, calon manten sungkem dhateng bapa biyunge.
Adicara katiga, inggih punika midodareni. Ing acara punika penganten putri mboten miyos saking kamar wiwit jam 6 sonten ngantos dalu lan dibaturi dening sadulur. Sadulur putri ingkang ngrencangi sinambi maringi pitutur.
Adicara kaping sekawan inggih menika srah-srahan paningset ing sebat “Asok Takon” inggih menika pihak kakung maringake uba rampe inggih beya ingkang badhe kangge nglaksanakaken pahargyan pengantenan. Tuladha ali-ali, arta, nyamping, tas, selop, isp.
Sasampune sekawan adicara wau lajeng ditindakake ijab utawi akad nikah.
Cekap semanten ingkang kula sampeaken menawi wonten lepat kula nyuwun pangapunten.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

PENYERBUKAN



1.        Penyerbukan sendiri atau autogami, jika serbuk sari jatuh di kepala putik pada bunga itu sendiri. Autogami dapat terjadi bila serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Autogami sering terjadi pada saat bunga belum mekar disebut kleistogami.

2.        Penyerbukan tetangga atau serumah atau geitonogami, jika serbuk sari jatuh di kepala putik pada bunga lain, tetapi masih di 1 pohon atau penyerbukan di mana serbuk sari berasal dari bunga yang berlainan tetapi masih dalam satu individu.



3.        Penyerbukan silang atau alogami, jika serbuk sari jatuh di kepala putik pada bunga yang berbeda pohon, tetapi masih 1 jenis tumbuhan atau penyerbukan di mana serbuk sari berasal dari bunga individu lain tetapi masih dalam satu species/jenis.

4.        Penyerbukan bastar, jika serbuk sari jatuh di kepala putik pada bunga lain yang berbeda jenis tanamannya, dan hanya dapat dilakukan pada tumbuhan yang masih dekat hubungan kekerabatannya. Misalnya serbuk sari cabai jatuh pada putik tomat atau sebaliknya.

WALI SONGO



WALI SONGO

ARTI NAMA WALI SONGO :
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.



1.        https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAOzuQ9v3R5WQOilSYngGOcZh7aiOsBSRiaO_HD90I9VnsBn4GmAWvuCrZYVOKYkvYYgo8epOqr5kwXZrpGtRKy4co77uoTk043qXEaEFa6ytayeqN_cTXzFbsUw0rNQizjv7oLtKAGIc/s200/sunan_maulana.jpgSunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Maulana Malik Ibrahim memiliki 3 isteri. Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Peninggalannya:
·       Masjid Malik Ibrahim Pesucinan Leran

2.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-8laqiiFiKFCxoUptpMnn0Vp2tgHMOTsZ6dSwuDwmCJBXIEURHj1lssD6jzq6OOCPdYoQiUonpghUatrxLttWrA7lWCW45Oe3p5acbX3jp1h5I5MzkLhK_WHWzdTH5dgr6XWQaNZEHVc/s200/sunan_ampel.jpgSunan Ampel ( Raden Rahmat )
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
Peninggalannya :

  • Masjid Rahmat
·         Masjid Sunan Ampel


3.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2RmbI2UQubherlLFNqL6R1gwHgHofUsPsJCOqnIhB0b8zhE6emWfjiuca_c9XhTKaPT2RQIwMcrFnPMlgxc0Fb12ulPrnPfFZHTqrQlXyzFMt-p_9ClwxoU579579jC-GhZymd3Xq1ng/s200/sunan_bonang.jpgSunan Bonang ( Makhdum Ibrahim )
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Beliau adalah salah satu pejuang di tanah jawa,juga seorang tokoh pejuang islam di tanah jawa,Juga seorang Pendiri kerajaan Islam di Demak,Jawa Tengah,Area dakwah nya ada di jawa tengah dan jawa timur,khusus nya di daerah tuban dan lasem. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.
Peninggalannya :

a.     Bende
b.     Gerbang Asli Kuno



4.      Sunan Drajat ( Raden Qasim)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4lP3vHK7YYQIlbz3l1v19PdV_CfZ6Gu6510Rz0yVoADm71iIChNEX3cfZVBYSI7ChtdaOBLUOUwdQNe0ZL4iXOLGDJ7v_YiaxIYPpNkHkNWaT5udYeUPDfIodbue5MQL9jZ4kPZVxsHQ/s200/sunan_drajad.jpgNama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang.
Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.
Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
Peninggalan :



5.      Sunan Kudus ( Ja’far Shadiq )
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAH8j-VZkM7s4gdccvpdJzv2Rn_5dupGjkuHAzREmXHOqeGelTu-_Xe-3UUrqLpAYEMHqhroM-gbCug2EnlpK7iHoaj4mvSd6_piybhHijqNli9d-T6XTGINn_wJAEScG1HFrj8HSvr-A/s200/sunan_kudus.jpgSebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
Peninggalan :
a.     Masjid Menara Kudus
b.     Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.

6.      Sunan Giri ( Raden Paku atau Ainul Yaqin )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLLxiSceU8Rzgv7y74QweG4D32HngX0QS-pkx26CLcuW54aGcWKZIcm2xJq5iEg-H1ZBjjJ3EYY6uO3M18JX9GnKBV-ObFNN4cWQe3Ngc5A3zws5bmsyjWRNaN6Hz58rhFF_wdZqJWRGA/s200/sunan_giri.jpgIa memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai. Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
Peninggalan :
a.     Masjid Sunan Giri
b.     Giri Kedaton
c.      Telogo Pegat

7.      Sunan Kalijaga ( Raden Said )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFLCUh_j_HpedU6tpt9zY7vuKUGVLLFIt15_jk0CiCi-fghqXp_V1yiY7HeLyBSfj7AmHwoKtvLgs5MFK7LLGoqAKGcx1r-wH6azTcD0JqoYZ5l9vAZuSu-ae9BUlrawsInbO8VPhdzU8/s200/sunan_kali_jaga.jpgDialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.
Peninggalan :
a.     Masjid Sulthoni
b.     Bonang


c.      Ritual Kirab Senjata

8.      Sunan Muria ( Raden Umar Said )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8ZMHPAgOOmS_4Ns6TCeZwoqj-oLmuEGpZTF6QMMOSslv6R5iHb6g_7XAX2UfuSjH5cyJqiWh9moJytKpHUhpJWWZ4Au27DhQybSFK-6ZBNnsAzWVPjrE9BAY1AtgSNcCg2LYUlzmxtoQ/s200/sunan_muria.jpgIa putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.
Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
Peninggalan :
a.     Masjid Hasil Karya Sunan Muria

9.      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMos611kTxGn54elP-3wQrP1bfafc-mVG44m14F6Cy7hX09K_kP26w8JwlLML-jCjUuq5OKBstWVlNhIY2fxpJwcezXdOkQ29It7m5gRYQmzHAsmZuZyLZZ6Uye8GMdh60h8jhL40n78g/s200/sunan_gunung_jati.jpgSunan Gunung Jati ( Syarif  Hidayatullah )
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Peninggalan :
a.   Kumandang Adzan Pitu
http://www.pcinu-anz.org/wp-content/uploads/2015/07/adzan-pitu-2-1030x423.jpg


b.    Masjid Merah Panjunan
c.      Kereta