Sabtu, 26 Desember 2015

bentuk rumah adat



RUMAH BENTUK JOGLO
Merupakan bentuk rumah tradisional dengan ciri khas  memiliki empat tiang dengan tumpangsari dan berdenah bujur sangkar.

Rumah bentuk Joglo dapat dibedakan sebagai berikut :
a.         Rumah Joglo Kepuhan Limasan.
Rumah ini memakai uleng ganda, sunduk bandang lebih panjang dan ander agak pendek, sehingga empyak/atap brunjung lebih panjang.
b.        Rumah Joglo Kepuhan Lawakan
Ialah Rumah Joglo tanpa memakai geganja, atap brunjung agak tegak sehingga kelihatan tinggi.
c.         Rumah Joglo Jempongan
Merupakan Joglo yang memakai dua buah pengeret dengan denah bujur sangkar.

a.         Rumah Joglo Pengrawit
Disebut Rumah Joglo Pengrawit karena memakai lambang gantung, atap bronjong merenggang dari atap penanggap, atap emper merenggang dari atap penanggap, tiap sudut diberi tiang (saka) bentung tertancap pada sudut, tumpang lima buah, memakai singup dan geganja
b.        Rumah Joglo Ceblokan
Merupakan rumah yang memakai saka pendem (terdapat bagian tiang sebelah bawah terpendam). Rumah bentuk ini terkadang tidak memakai sunduk.
c.         Rumah Joglo Apitan
Rumah Joglo dengan empyak bronjong  lebih tinggi  karena pengeret lebih pendek. Bentuk rumah ini kelihatan kecil tetapi langsing.


d.        Rumah Joglo Lambangsari
Rumah Joglo yang memakai lambangsari, tanpa empyak emper, dengan tumpangsari lima tingkat, uleng ganda dan godegan.
e.         Rumah Joglo Apitan/ Rumah Joglo Trajumas
Ialah Rumah Joglo yang memakai tiga buah pengeret, tiga atau lima buah tumpang dan empat empyak (atap) emper.
f.         Rumah Joglo Semar Tinandu
Rumah Joglo yang memakai dua buah pengeret dan dua buah tiang (saka) guru diantara dua buah pengeret. Biasanya dua buah tiang tadi diganti dengan tembok sambungan dari beteng kebanyakan rumah bentuk ini dipakai sebagai regol (gapura).
g.        Rumah Joglo Hageng (besar)
Hampir sama dengan rumah joglo pengrawit tetapi ukuran lebih rendah dan ditambah atap yang disebut peningrat dan ditambah tratak keliling.
h.        Rumah Joglo Mangkurat
Pada dasarnya sama dengan Joglo Pengrawit, tetapi lebih tinggi dan cara menyambung atap penanggap dengan penitih.
i.          Rumah Joglo Wantah Apitan
Rumah Joglo memakai lima buah tumpang, singup dan takir lumajang. Biasanya rumah bentuk ini kelihatan langsing.
Joglo merupakan bangunan yang paling populer, bahkan masyarakat awam sering menganggap jenis rumah tradisional ini sebagai satu-satunya bentuk rumah tradisional masyarakat Jawa. Jenis rumah tipe ini kebanyakan dimiliki oleh  anggota masyarakat dengan strata sosial menengah ke atas, baik itu golongan bangsawan ataupun priyayi. Hal ini dapat dipahami, karena bentuk rumah Joglo membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan lahan yang lebih luas  daripada jenis rumah yang lain. Mungkin karena faktor itu pula, muncul mitos dalam masyarakat bahwa joglo  tidak pantas untuk dimiliki oleh rakyat jelata, melainkan hanya dapat dimiliki orang terpandang atau  terhormat.

BAGIAN-BAGIAN RUMAH JOGLO:
a.         Pendopo
Pendopo merupakan bangunan terdepan dari rumah joglo yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau tempat mengadakan upacara-upacara adat. Pada umumnya pendopo selalu terbuka atau tidak diberi dinding penutup. Kalaupun memakai penutup, maka yang digunakan adalah dinding dari kayu yang mudah dibuka atau gebyok. Secara filosofis, hal ini menggambarkan adanya prinsip keterbukaan yang dianut oleh tuan rumah.

b.        Sentong.
Bagian ini pada prinsipnya digunakan sebagai tempat tidur. Tetapi sebelum orang tua menikahkan anaknya,  maka pintu sentong akan selalu tertutup atau  terkunci. Sentong baru dibuka  atau dipakai untuk tidur setelah anaknya dinikahkan. Sentong ini terbagi menjadi tiga yaitu:
1.    Sentong Tengen ( Kanan )
Sentong Tengen dipergunakan sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah dinikahkan.
2.    Sentong kiwo ( Kiri)
Sentong ini merupakan tempat tidur bagi anak perempuan yang telah dinikahkan.
3.    Sentong Tengah
Sentong Tengah disebut juga Petanen, Pasren, Pedaringan atau Krobongan. Sentong ini dianggap sakral dan digunakan untuk pemujaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, percaya bahwa Sentong Tengah adalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang yakni  Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan. Karena dianggap sakral, maka tidak sembarangan orang boleh memasukinya kecuali ada keperluan. Orang yang masuk sentong inipun harus hati-hati dan bersifat menghormati tuan rumah dalam hal ini Dewi Sri. Di sentong tengah ini  diletakkan tempat tidur atau  kantil lengkap dengan bantal guling, cermin dan sisir. Selain itu ada lampu minyak yang selalu menyala, baik di siang hari maupun malam hari.
c.         Gandok
Gandok merupakan bangunan  yang terletak di samping (pavilium). Biasanya menempel dengan bangunan bagian belakang. Arah membujur gandok melintang pada rumah belakang. Gandok berfungsi sebagai tempat penyimpanan perabot dapur, ruang makan dan  terkadang berfungsi sebagai dapur.
d.        Pringgitan
Pringgitan merupakan bangunan yang biasanya terletak di antara pendopo dan dalem.  Bangunan ini dipakai untuk pementasan wayang/ ringgit.
e.         Kuncung
Kuncung adalah bangunan yang terletak di samping atau depan pendopo yang berfungsi sebagai tempat bersantai misalnya minum teh atau membaca koran.
f.         Pawon
Pawon merupakan bagaian dari suatu rumah joglo  yang dipergunakan sebagai tempat untuk memasak.



RUMAH BENTUK LIMASAN
Dinamakan Limasan, karena jenis rumah tradisional ini mempunyai denah empat persegi panjang atau berbentuk limas. Rumah bentuk limasan yang sederhana terdiri dari empat buah atap, terdiri dua buah atap bernama kejen/ cocor serta  dua buah atap bernama bronjong yang  berbentuk jajaran genjang sama kaki. Kejen berbentuk segi tiga sama kaki seperti enam atap keyong, namun memiliki fungsi  yang berbeda. Pada perkembangan selanjutnya rumah limasan diberi penambahan pada sisi-sisinya yang disebut empyak emper atau atap emper.

Rumah Limasan dapat dibedakan menjadi:
a.         Rumah Limasan Ceblokan
Adalah Rumah Limasan yang sebagian tiangnya (ujung)  bawah terdapat bagian terpendam. Bentuk ini semata-mata dapat  dilihat dari cara bertumpunya tiang.
b.        Rumah Limasan Klabang Nyander
Adalah Rumah Limasan yang mempunyai pengeret lebih dari empat buah sehingga kelihatan panjang. Bentuk rumah ini semata-mata dilihat banyaknya pengeret dan tiang (tengah) serta susunan tiang.
c.         Rumah Limasan Apitan
Adalah Rumah Limasan bertiang empat dengan sebuah ander yang menopang molo di tengah-tengahnya.
d.        Rumah Limasan Lawakan
Adalah semacam Rumah Limasan Klabang nyander, susunan tiangnya seperti Limasan Trajumas yang diberi atap emper pada keempat sisinya.
e.         Rumah Limasan Pacul Gowang
Adalah Rumah Limasan memakai sebuah atap emper terletak pada salah satu sisi panjangnya, sedangkan pada lainnya diberi atap cukit (atap tritisan) dan sisi samping dengan atap trebil.

f.         Rumah Limasan Gajah Mungkur
Rumah Limasan yang memakai tutup keong pada salah satu sisi pendek, sedangkan sisi lainnya memakai atap kejen. Bentuk ini sering diberi atap emper tetapi pada sisi yang memakai tutup keong tidak diberi atap emper. Sehingga bentuknya setengah limasan dan setengah kampung.
g.        Rumah Limasan Gajah Ngombe
Adalah Rumah Limasan memakai sebuah empyak (atap) emper terletak pada salah satu sisi samping (sisi pendek), sedangkan sisi lainnya memakai trebil dan kedua sisi panjang diberi cukit atau atap tritisan.
h.        Rumah Limasan Gajah Njerum
Merupakan Rumah Limasan yang memakai dua buah atap emper pada kedua sisi  panjang dan sebuah atap emper pada salah satu sisi samping (sisi pendek). Sedangkan sisi lainnya memakai atap trebil.
i.          Rumah Limasan Semar Tinandu
Rumah Limasan dengan dua buah tiang berjajar pada memanjangnya rumah dan terletak di tengah-tengah. Jika ada empernya maka diberi tiang emper. Bentuk ini biasanya  untuk regol / pintu gerbang atau los pasar.
j.          Rumah Limasan Bapangan
Rumah limasan yang panjang blandarnya lebih panjang dari pada jumlah panjang pengeret biasanya memakai empat buah tiang.
k.        Rumah Limasan Cere Gancet
l.          Rumah Limasan ini dapat bergandengan pada salah satu emper masing-masing atau bergandengan/ memakai salah satu blandar sesamanya. Jika bergandengan pada salah satu blandar sesamanya disebut Rumah Limasan Kepala Dua.
m.      Rumah Limasan Gotong Mayit
Rumah Limasan bergandengan tiga, baik bergandengan pada blandar sesamanya atau pada atap emper sesamanya.
n.        Rumah Limasan Lambangsari
Rumah Limasan yang memakai lambangsari / balok pengandeng atap brunjung dan atap penanggap.
o.        Rumah Limasan Semar Tinandu
Rumah Limasan Tinandu terdapat pada Masjid Besar Yogyakarta, bila dilihat dari depan (pintu gerbang). Tiang utama tidak kelihatan
p.        Rumah Limasan Semar Pinondong
Pindong artinya digendong. Pada dasarnya rumah ini sama dengan Rumah Limasan Semar Tinandu, tetapi pada bentuk ini diberi penyangga yang disebut bahu danyang.

q.        Rumah Limasan Apitan Pengrawit / Penganten
Adalah Rumah Limasan bergandengan dua masing-masing sebuah ander (rumah apitan) dan bergandengan pada tritisnya.
r.          Rumah Limasan Trajumas Lambang Gantung
Rumah Limasan yang bertiang delapan atau sepuluh dan memakai lambang gantung.
s.         Rumah Limasan Sinom Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang.
Adalah Rumah Limasan dengan ujung balok molo mulai dari ander sampai unjung molo, memakai tiang bentung sebagai penggantung atap penanggap.
t.          Rumah Limasan Empyak Setangkep.
Adalah Rumah Limasan memakai kepala gada beratap kejen (runcing) yang ditangkupkan tanpa atap tritisan.
u.        Rumah Limasan Lambang Teplok.
Adalah Rumah Limasan dengan renggangan antara atap brunjung dan atap penanggap dan renggangan itu dihubungkan langsung oleh tiang utama/ tidak memakai balok lain sebagai penghubung.
v.        Rumah Limasan Trajumas Lambang Teplok
Adalah Rumah Limasan yang atap tritisnya diperpanjang lewat blandar sedangkan penguatnya bukan dengan penyangga tetapi dengan balok penahan pada sebelah dalam antara usuk tadi dengan usuk atap brunjung.

Rumah Limasan merupakan salah satu bentuk rumah tradisional jawa yang dipergunakan  sebagai tempat tinggal. Pada masa lalu rumah jenis ini kebanyakan dimiliki oleh masyarakat dengan status ekonomi menengah. Karena mempunyai denah empat persegi panjang serta berbentuk limas, maka rumah bentuk ini disebut Limasan.



RUMAH BENTUK KAMPUNG
Rumah bentuk Kampung adalah rumah dengan denah empat persegi panjang, bertiang empat dengan dua buah atap persegi panjang pada sisi samping atas ditutup dengan tutup keyong. Rumah ini kebanyakan dimiliki oleh orang kampung atau orang jawa menyebutnya desa.

Rumah bentuk kampung dapat dibedakan menjadi:
a.         Rumah Kampung Pokok.
Adalah rumah dengan dua buah atap persegi panjang yang ditangkupkan.
b.        Rumah Kampung Pacul Gowang.
Adalah Rumah Kampung yang beratap emper pada salah satu sisi panjang, sedangkan sisi lain tanpa atap emper
c.         Rumah Kampung Dara Gepak
Adalah Rumah Kampung yang beratap emper pada keempat sisinya
d.        Rumah Kampung Gotong Mayit.
Adalah Rumah Kampung bergandengan tiga buah pada sebuah blandar sesamanya.
e.         Rumah Kampung Klabang Nyander.
Adalah Rumah Kampung bertiang lebih dari delapan buah atan berpengerat lebih dari  empat buah.
f.         Rumah Kampung Apitan.
Adalah Rumah Kampung dengan ander satu buah di tengah –tengah molo.
g.        Rumah Kampung Lambang Teplok Semar Tinandu.
Disebut Lambang Teplok karena penghubung atap brunjung dan atap penanggap masih merupakan satu tiang. Disebut Semar Tinandu karena tiang penyangga di atas bertumpu pada balok blandar yang ditopang oleh tiang-tiang di pinggir atau tiang-tiangnya tidak langsung sampai ke dasar rumah.

h.        Rumah Kampung Gajah Ngombe.
Adalah Rumah Kampung dengan sebuah atap emper pada salah satu sisi samping.
i.          Rumah Kampung Gajah Njerum
Merupakan Rumah Kampung dengan tiga buah emper terdiri dari dua atap emper di muka dan belakang dan sebuah lagi pada sisi samping. Sedangkan sisi samping yang lain tidak diberi atap emper.
j.          Rumah Kampung Lambang Teplok.
Adalah Rumah Kampung yang mempunyai renggangan antara atap brunjung dan atap penanggap, tetapi kedua jenis atap dihubungkan dengan tiang utama.
k.        Rumah Kampung Cere Gencet.
Adalah Rumah Kampung bergandengan  terdiri dari dua buah. Misalnya pada atap emper atau sebuah blandar sesamanya
l.          Rumah Kampung Trajumas
Adalah Rumah Kampung bertiang enam buah atau mempunyai tiga buah pengerat sehingga rumah ini terbagi dua, masing-masing bagian disebut rongrongan.
m.      Rumah Kampung Semar Pinondong.
Adalah Rumah Kampung dengan tiang-tiang berjajar di tengah menurut panjangnya rumah.

Atap ditopang balok yang dipasang horisontal pada tiang tersebut.
Kampung berarti desa. Pada masa lalu rumah bentuk kampung merupakan tempat tinggal yang paling banyak ditemukan. Sehingga ada sebagaian masyarakat yang berpendapat bahwa rumah kampung sebagian besar dimiliki oleh orang-orang desa yang kemampuan finansial/ ekonominya berada di bawah.



RUMAH BENTUK MASJID / TAJUNG
Adalah rumah yang mempunyai denah bujursangkar, dan bentuk inilah yang masih mempertahankan bentuk aslinya hingga sekarang.

Rumah Bentuk Masjid dan Tajug dapat dibedakan menjadi:
a.         Tajug Tawon Boni
Adalah tajug dengan denah bujur sangkar memakai kepala gada tanpa ander penyangga puncak.
b.        Masjid dan cungkup
Rumah ini pada umumnya bertiang empat buah dan kapnya seperti Rumah Limasan Empyak Setangkep.
c.         Tajug Semar Sinongsong
Rumah ini bertiang satu seperti payung.
d.        Masjid Payung Agung/ Meru
Biasanya bertingkat lebih dari dari tiga. Pada tingkat kedua masih disangga oleh tiang utama. Sedangkan tiang berikutnya disangga tingkat sebelumnya.
e.         Tajug Lambang Sari
Tajug ini memakai kepala gada, antara brunjung dan atap penanggap terdapat renggangan yang dihubungkan dengan balok yang disebut lambang sari.
f.         Tajug Tiang Satu Lambang Teplok
Rumah yang memakai penguat bahu danyang, brunjung diangkat ke atas sedang atap penanaggap merenggang dengan atap brunjung.
g.        Tajug Lambang Gantung
Adalah rumah yang memakai soko bentung sebagai penggantung atap penanggap pada atap brunjung.
h.        Masjid Lawakan
Bentuknya hampir sama dengan Rumah Limasan Atap Setangkep tetapi ditambah atap penanggap.

i.          Tajug Semar Tinandu
Adalah rumah yang brunjungnya tidak ditopang langsung oleh satu tiang, tetapi tiang-tiang menyangga balok-balok yang mengangkat brunjung.
j.          Tajug Ceblokan
Adalah Tajug yang tiangnya tertanam dalam tanah, atapnya teplok yaitu tidak memakai tiang bentung kecualai atap pengapit memakai lambangsari.
k.        Tajug Mangkurat
Adalah rumah yang memakai tumpangsari, uleng, tiang bentung dan lambangsari.
l.          Tajug Lawakan Lambang Teplok
Rumah yang brunjungnya secara langsung disangga tiang utama.
m.      Masjid Lambang Teplok
Adalah rumah dengan tiang utama langsung ke atas menyangga brunjung atap paling atas dan memakai sebuah ander sampai dada peksi pada tingkat kedua.
n.        Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung/ Masjid Soko Tunggal.
Rumah ini bertiang satu dengan bahu danyang, memakai lambang gantung sebagai penggantung dan penanggap pada brunjung.
o.        Tajug Semar Sinom Tinandu
Disebut Semar Tinandu karena letak atap penanaggap lebih tegak dibandingkan dengan atap penanggap tajug-tajug lain. Disebut Semar Tinandu karena atap penanggap dan brunjung tidak disangga langsung oleh tiang utama tetapi dipikul oleh tiang-tiang yang berderet di pinggir memakai lambangsari.

Sesuai dengan namanya, Rumah bentuk Tajug/ Masjid tidak berfungsi sebagai tempat tinggal namun biasanya dipergunakan sebagai tempat ibadah atau makam.



RUMAH BENTUK PANGGANG PE
Panggang artinya dipanaskan di atas bara api. Sedangkan pe berati dijemur. Rumah panggang Pe merupakan bangunan kecil yang terdiri dari sebuah atap dengan empat buah tiang atau lebih yang di atasnya biasanya dipergunakan untuk menjemur barang-barang.

Rumah Panggang Pe dapat dibedakan menjadi:
a.         Rumah Panggang Pe Pokok
Adalah Rumah Panggang pe yang belum mengalami variasi, yaitu beratap satu dan disangga oleh empat buah tiang pada keempat sudutnya.
b.        Rumah Panggang Pe Bentuk Gudang
Rumah ini bentuknya atap yang besar diperpanjang ke depan sampai menonjol dan menutupi bagian atas atap depannya.
c.         Rumah Panggang Pe Barengan 
Adalah rumah yang berderet terdiri dari beberapa rumah Panggang Pe, dimana rumah yang satu membelakangi yang lain dan saling menggunakan balok blandar dan tiang sesamanya.
d.        Rumah Panggang Pe Trajumas
Adalah rumah yang memakai tiga buah pengeret dan enam buah tiang.
e.         Rumah Panggang Pe Gedang Selirang
Merupakan rumah Panggang Pe Pokok yang ditambah atap emper di bagian belakang.
f.         Rumah Panggang Pe Empyak Setangkep
Jenis ini pada dasarnya dua buah Panggang Pe yang dipertemukan pada sisi depannya dan saling memakai tiang depan sesamanya.
g.        Rumah Panggang Pe Bentuk Kios
Rumah dengan atap depan yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari dan tampias air hujan, atap disangga bahu danyang.
h.        Rumah Panggang Pe Kodokan
i.          Pada dasarnya sama dengan Panggang bentuk Kios tetapi atap depan diperbesar dan disangga oleh tiang.
j.          Rumah Panggang Pe Cere Gencet
Adalah Rumah Panggang Pe yang bergandengan pada sisi belakang.
k.        Rumah Panggang Pe Gedang Setangkep, Empyak Setangkep
Merupakan Rumah Panggang Pe yang bergandengan pada sisi depan.
Pada mulanya Rumah bentuk Panggang Pe dipergunakan sebagai tempat tinggal sekaligus untuk menjemur barang-barang. Misalnya untuk menjemur hasil- hasil pertanian/ perkebunan, seperti: gaplek, padi, tembakau dan sebagainya. Karena bentuknya yang sederhana kemungkinan besar rumah jenis ini merupakan rumah yang paling tua dari sekian banyak rumah tradisional yang ada.

Di masa kini Rumah bentuk ini kebanyakan dipakai sebagai gudang serta industri-industri yang salah satu proses produksinya memerlukan proses penjemuran atau pengeringan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar