Sabtu, 26 Desember 2015

KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA



KEHIDUPAN MASA PRA AKSARA DI INDONESIA


Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah. Zaman pra aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi, pada abad ke-4 Masehi, manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Meskipun prasasti tersebut tidak berangka tahun, tetapi bahasa dan bentuk huruf yang digunakan menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat kurang lebih tahun 400 Masehi.
Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa  Praaksara dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan  manusia  masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus sampai dengan Homo sapiens dari Wajak sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal di padang rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai. Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet, banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh manusia. Di samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat  sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup  manusia  Praaksara (masa berburu dan mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas,  alat-alat serpih, dan  kapak genggam.  Selain itu, manusia Praaksara juga membutuhan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah disiapkan.Sesuai dengan mata pencahariannya, manusia Praaksara tidak mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat-tempat yang banyak bahan makanan. Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, manusia Praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi  lingkungan sekelilingnya.
Beberapa ahli membagi masa ini menjadi 2 (dua) yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan  masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.

Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam terjadi ketika cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan. Pada masa ini, mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup pada masa  bercocok tanam adalah  Homo sapiens, baik itu  ras Mongoloid maupun ras Austromelanesoid.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa ini terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Mereka  bercocok tanam dengan cara berladang. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan. Jenis tanaman yang ditanam adalah ubi, pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. Kemudian, mereka  secara perlahan meninggalkan cara berladang  dan digantikan dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi dan umbi-umbian. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah. Alat-alatnya berupa  beliung persegi dan  kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan mata panah.
Pada  masa  bercocok tanam,  manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa  keluarga. Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang buas. Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah berupa penimbunan sampah dan kotoran sehingga timbul pencemaran  lingkungan dan 
wabah penyakit. Pengobatan dilakukan oleh para dukun. Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.

Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono, kata  perundagian berasal dari bahasa Bali:  undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan  gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (Nugroho Notosusanto, et.al, 2007). Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan 
yang makin teratur dan terpimpin. Kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat dari logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. Masyarakat  masa  perundagian masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam masih sangat terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah logam.
Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan  pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.Pada masa ini, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang, maupun perajin. Masyarakat juga telah membentuk aturan  adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan  masa  perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.


BIDANG KEHIDUPAN
MASA PRAAKSARA
MASA HINDU-BUDHA
MASA ISLAM
Keagamaan
Kepercayaan masyarakat saat itu adalah animisme dan dinamisme
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk  Agama  Hindu dan  Buddha
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk  Agama Islam
Politik
Dalam kehidupan berkelompok biasanya ada seorang pemimpin didalamnya
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan Oleh orang-orang India. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas Tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan Peraturan hukum kasta
Sistem pemerintahan yang bercorak  Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika  rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.
Sosial
Hidup berkelompok – kelompok dimana proses sosialisasi hanya terjadi intern dalam kelompok masing – masing

masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta,
yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit).
Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan Masyarakat
Aturan  kasta mulai pudar di masyarakat
Pendidikan
Belum mengenal sistim pendidikan dan segala pengetahuan yang diperoleh masih berasal dari pengalaman hidup di alam bebas
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh
dari  kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga  pendidikan tersebut mempelajari
satu bidang saja, yaitu keagamaan.
Pendidikan  Islam berkembang di  pesantren-pesanten  Islam. sebenarnya,  pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan  pesantren berubah menjadi pendidikan  Islam.
Sastra dan Bahasa
Belum ada karya sastra yang dihasilkan
Pengaruh  Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa
Sanskerta dan  huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Hasil sastra berupa kitab – kitab yang ditulis oleh Mpu Tantular, Mpu prapanca dan lainnya.
Kosakata  bahasa Arab baik lisan maupn tulisan mulai  banyak digunakan. Hasil karya sastra berupa hikayat, babad, suluk dan syair.
Arsitektur dan Kesenian
Masyarakat praaksara telah mendirikan bangunan – bangunan yang terbuat dari batu, diantaranya : Menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak dan waruga
Punden berundak merupakan salah satu  arsitektur  Zaman Megalitikum. Arsitektur
tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi yang disertai patung induk berupa arca.
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Juga diperkenalkan dengan seni kaligrafi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar